Saturday, 6 January 2024

2023 dan Harapan 2024

Tulisan ini dibuat tanggal 7 Januari 2024 dimulai jam 02:00.

Efek minum kopi ternyata masih membuat saya terjaga sampai larut, padahal besok saya harus berangkat pagi untuk kerumah sepupu saya yang pindahan.

Ahhh ga kerasa, tahun 2024 sudah berjalan seminggu, dan semua resolusi di 2024 masih menjadi wacana yang belum saya tuangkan di sebuah tulisan. Rasanya tahun 2024 ini mau menjalani dengan slow living saja. Tahun 2023 bisa dibilang tahun terbaik saya, banyak pencapaian dan hal yang harus disyukuri, banyak tempat baru yang akhirnya saya kunjungi, banyak hal yang saya lakukan untuk pertama kalinya.

Labuan Bajo dan Bangkok, dua tempat yang bahkan tidak terpikir oleh saya untuk bisa menginjakkan kaki untuk pertama kalinya disana di tahun 2023, for free, dikasih uang saku pula. Mempunyai circle, yang rasanya nyaman untuk di dekat mereka lama - lama. Naik level di karir, hal yang kalau dipikir sepertinya saya masih sangat jauh untuk level ini dalam waktu cepat. Bertemu dengan seseorang yang saya sangat syukuri keberadaannya sekarang. Lihat, semesta sangat baik, Allah apalagi.

Seperti di tahun - tahun sebelumnya, wishlist saya masih sama, mendatangi 3 tempat baru, atau paling tidak mendatangi tempat yang sama, tapi dengan experience yang berbeda. Masih banyak yang ingin saya lakukan di tahun ini daripada travelling, rasanya sudah cukup di tahun 2023 saya berkelana kesana kemari. Lagi - lagi saya berencana tapi tanpa tahu apa rencana Allah di 2024 ini. Pun nanti dikasih jalan - jalan lagi, ya saya akan sangat bersyukur, apalagi kalau Allah kasih rejeki untuk Umroh.

Keinginan saya yang masih belum tercapai adalah punya rutinitas yang sehat. Saya bukan tipe morning person, rasanya cukup sulit untuk saya si pemalas ini punya rutinitas sehat dari olahraga pagi atau sekedar menyiapkan makan untuk bekal makan siang di hari itu. Dengan alasan kesehatan, saya agak sedikit keras ke diri saya untuk lebih disiplin dalam hal ini. Semoga saya akan lebih konsisten dalam hal ini ya, entah akan bisa berapa lama tapi semoga ini terealisasikan.

Kurang dari seminggu juga saya genap berusia 29 tahun, banyak ya angkanya hahaha. Dulu waktu masih sekolah selalu kepikiran "ah nanti mau nikah di umur 24, atau maksimal di 25 tahun", Roro kecil itu ga tau ya kalau ternyata masih banyak hal yang bisa dinikmati dan disyukuri ketika masih single sampai umur 29 tahun ini. Tetapi mungkin karena memang saya belum bertemu dengan orang yang tepat, atau bahasa lainnya bertemu dengan "The One".

Harapan lain saya di 2024 itu menikah. Ntahlah, tapi saya merasa saya sudah merasa cukup. Perasaan takut ini akan selalu ada, tapi kalau saya tidak memaksa dan percaya ke diri sendiri, saya akan selalu terkurung. Perasaan yakin itu juga ada karena saya merasa saya sudah bertemu dengan orang yang tepat. Mungkin ini ya yang dibilang orang - orang "The One" itu. Tidak harus sempurna, karena kalau menuntut sempurna mungkin tidak akan ada habisnya. Berproses bersama menjadi lebih baik dan saling melengkapi, juga menerima kekurangan satu sama lain, itu lebih dari sempurna untuk saya. Seumur hidup itu lama, saya tidak akan gegabah untuk memilih. Sudah ya, kalau membahas tentang ini memang akan sangat panjang dan banyak hal yang tidak bisa saya deskripsikan. Doakan saja, Allah semakin memberi rasa yakin kepada diri saya, dan dia tentunya, karena Allah yang bisa membolak balikan hati hambaNya.

Nanti saya ceritakan lagi harapan - harapan saya di tahun ini. Akan lebih banyak, tapi saya masih memegang kata - kata Nuruti Kersaning Gusti Allah, jadi tahun ini akan lebih banyak pasrahnya dan mengikuti akan dibawa kemana hidup saya sama Allah, karena saya percaya itu yang terbaik dari semua rencana.

Selamat tahun baru, semua!

Love, RS.

Saturday, 20 May 2023

Menerima

2022 menjadi tahun yang cukup sulit untuk saya, menunggu untuk akhir yang ternyata diluar ekspektasi. Menjadi apapun asal bisa didengar, dilihat dan diakui keberadaannya. Kecewa yang membuat saya belajar untuk tau apa yang diri ini mau. Selalu merasa kurang dan tidak cukup, sampai akhirnya saya belajar untuk menerima. Mau berusaha sekeras apapun usaha saya untuk menyikapi seseorang, mau sebaik apapun saya menjaga perasaan seseorang, ketika dia masih hidup di masa lalunya ya saya yang akan kalah. Saya memutuskan untuk pergi, karena pada akhirnya, saya tidak pernah menemukan dimana ujung cerita ini.

"Jangan pernah memulai hubungan baru jika hatimu belum selesai dengan masalalu, jangan jadikan orang baru untuk kamu jadikan korban patah hatimu", nasihat teman yang selalu saya ingat. Sampai sebelum saya menerima orang baru, saya memastikan kalau saya sudah selesai dengan semuanya. Saya menjadi pribadi yang menutup diri untuk orang lain. Bukan karena saya belum selesai, saya hanya takut untuk melewati critical time, hehe. Karena yang sudah - sudah saya butuh waktu lama untuk bisa kembali.

Sampai akhirnya Tuhan mendatangkan orang baru. Kembali meragukan kesiapan diri saya untuk memulai, tapi saya percaya ini cara Tuhan menyembuhkan. Dengan orang baru juga saya berusaha untuk memantaskan diri saya. Bukan merubah diri saya untuk orang lain, hanya saja saya memantaskan diri saya untuk dicintai tanpa tapi. Saya sadar membuka hati untuk orang baru pasti tidak mudah, memulai dari awal untuk belajar memahami, membangun perasaan dan rasa percaya dan mengenal satu sama lain. Banyak pertimbangan sampai saya berani memilih langkah ini, sampai akhirnya saya berpikir bahwa langkah ini semoga yang terbaik.

Saya mendapatkan teman baru untuk mengadu, bertukar pikiran, dan saling mendukung satu sama lain. Walaupun kami masih belajar untuk menerima dengan kebiasaan satu sama lain. Hidup saya yang tadinya untuk diri saya sendiri, sekarang mulai belajar untuk membagi. Masalalu yang tidak baik kadang membuat saya menjadi cukup egois, rasa ingin memiliki yang berlebihan, rasa takut untuk ditinggal dan "dilupakan". Saya harus belajar untuk kontrol diri saya, menyadari bahwa semua orang tentunya tidak sama. Tuhan baik dengan mendatangkan orang yang cukup sabar, ralat, sangat sabar.

Sampai hari ini saya masih terus belajar mengerti dan memahami bahwa memang kehadiran setiap orang di hidup saya selalu membawa ceritanya masing - masing. Selalu ada pendewasaan disetiap momennya. Saya tidak akan berekspektasi apapun dengan orang baru, karena sesungguhnya berharap yang terbaik ya sama Tuhan. "Biarkan takdir berjalan sebagaimana yang Allah tetapkan untukmu, semoga saja ia berjalan sebagaimana yang diharapkan hatimu". 

Ntah apa rencana Tuhan selanjutnya, tapi saya percaya, akan ada hal baik untuk saya yang sudah disiapkan Tuhan dengan atau tanpa dia. 


Been a long time, selamat malam minggu, semua!ʕ•̫͡•ʔ
Roro Sekar.

Tuesday, 1 September 2020

September, 2019.

September 2019, sudah setahun setelah saya mendengar semuanya. Menyadari kesalahan di hari pertama saya mendengar semua cerita dari teman lama yang saya kenal cukup baik. Rasanya tidak pantas untuk menceritakan ke orang lain, karena sudah sejauh ini saya melangkah dengan semua pilihan saya. Hanya ada dua pilihan, pergi atau tetap tinggal. Ternyata keputusan yang saya ambil salah, tetap tinggal dan berharap seseorang akan berubah untuk saya. 

Saya percaya ini adalah cara Tuhan mendewasakan hubungan, pemikiran saya sangat naif, hehe. Kelemahan wanita selalu membuat imajinasi luar biasa saat semesta sudah menunjukan dengan sebuah kejadian. Saya memilih bertahan, hal yang tidak disadari akan mematahkan semua harapan dan kepecayaan saya secara perlahan. 

Mengapa selalu ada keraguan disaat saya sangat yakin dengan semuanya.

Januari, 2020. 

H-1 sebelum semua niat baik itu datang. Menangis semalaman tanpa menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada Orang Tua. Pikiran saya kembali ke September 2019, semua keraguan datang. Orang Tua saya kembali mempertanyakan, sebelum semua sudah terjadi dan terlampau jauh. Dengan kemantapan tetapi dengan sedikit keraguan, saya menerima semuanya. 

Sampai pada titik saya disadarkan dengan keadaan. Semua tidak bisa dipaksakan, saya tidak bisa memaksakan hati orang lain untuk saya. 

Terkadang saya lupa bahwa semua yang terjadi di semesta sudah ada yang mengatur. Saya terlalu asik bersedih sampai saya lupa bahwa banyak kebahagiaan yang bisa saya syukuri. Untuk diri saya, maaf untuk malam yang panjang dengan mata yang basah, lelah pikiran dan hati yang dibungkam. Terima kasih sudah sangat kooperatif untuk terlihat baik - baik saja di depan orang lain. Terima kasih sudah bertahan sampai saat ini. 

Sampai bertemu di kebahagiaan dengan level lebih tinggi dari hari ini. Memang akan ada sukar ketika memulai lagi semua dari awal. Percayalah, semua akan terasa mudah nantinya.

Untukmu yang pernah singgah, walau akhirnya kita tidak menjadi satu, terima kasih sudah berbagi cerita yang indah, tawa dan air mata. Semoga Tuhan dan semesta bekerjasama memberikan kesehatan dan kebahagiaan untuk mu, sekarang dan selamanya.


Roro Sekar.

Wednesday, 24 June 2020

Tentang Hati

Malam ini, saya kembali menulis. Ditemani dengan lagu Bumerang nya Tulus yang saya putar berulang - ulang. Wah sudah cukup lama ternyata saya kehilangan momen seperti ini, tenang, sendiri, sendu dan mendengarkan apa yang hati saya ingin rasakan. 

"Dia biarkanku jatuh cinta,
Lalu dia pergi seenaknya,
Dihantui ragu,
Tapi tak peduli,
Gegabah jadi alasannya

Pandangan yang takkan kulupa
Lama sudah tak punya
Lalu dia pergi menunggu dipaksa
Dirayu untuk bicara"

Sudah lama rasanya kapan saya terakhir duduk di sudut coffee shop favorit saya di Semarang, hanya untuk menghabiskan waktu berjam - jam sambil menulis ditemani dengan semua yang sedang ada di pikiran saya. Dua tahun waktu yang belum cukup untuk saya menemukan ritme hidup saya di Jakarta. Bekerja sedikit overtime ternyata cukup membuat saya kewalahan untuk mengatur mood saya yang biasanya selalu punya free time lebih banyak. Semua yang terjadi sampai hari ini tetap membuat saya bersyukur tentunya, walaupun tetap ada perasaan yang tidak puas. Sisi egois saya tetap ada, menganggap semua hal bisa saya kerjakan tanpa harus ada yang dikalahkan. Mohon dimaklumi untuk Si Capricorn yang cukup ambisius ini :D

Salah satu yang membuat saya bersyukur adalah tentang bagaimana saya harus bisa menyampingkan urusan hati, karna saya tidak boleh berlarut dalam kesedihan. Life must go on, begitu kan? Rasanya setiap ada masalah maunya berhenti, rehat sedikit hanya untuk sekedar berfikir dan merasakan, tapi saya masih punya banyak tanggung jawab, jadilah saya harus melupakan dan menyampingkan itu semua. Akhirnya malam ini saya menguragi ego saya untuk bisa menikmati semua apa yang hati saya ingin katakan. Menikmati galau gitu maksudnya? Hahaha ya ampun! Ini toh ternyata yang saya cari beberapa waktu terakhir, denying masalah hati ternyata hanya akan menambah pikiran akhir - akhir ini, wong saya ngerjain apa aja jadi keiinget. Let it flow like they used to, berdamai, menikmati, dan merasakan apa yang harusnya saya rasakan beberapa waktu terakhir ini, tentang hati.

Tuesday, 16 October 2018

Mindset

Saya adalah salah satu orang yang suka menulis goals atau pencapaian dan keinginan saya di awal tahun. Menulis semua goals saya dalam suatu buku tidak mudah, karena saya ingin semua hal yang saya tulis "harus" tercapai, atau kalau memang tidak bisa tercapai pada tahun tersebut, paling tidak saya harus menyelesaikannya pada satu atau dua tahun berikutnya. Itulah mengapa bagi saya menulis goals tidaklah mudah, karena sifat ambisius saya ini.

Setelah menulis semua goals, saya akan baca berulang - ulang, apalagi masa dimana saya mulai lelah dengan semua kegiatan dan mulai tidak fokus dengan target yang sudah saya planning. Kemauan saya banyak, kemauan saya kuat. Apa yang saya rasa saya mampu lakukan, maka saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk mewujudkan. Sesekali saya lalai, bahkan saya sampai lupa dan meninggalkan buku yang berisi semua planning dan goals saya.

Saya masih tidak percaya bahwa apa yang saya yakini dan sudah saya tulis di buku ternyata akan terpatri di pikiran saya secara tidak sadar. Suatu ketika saya lupa menyimpan buku saya, ternyata tertinggal dirumah Bapak dan sudah beberapa bulan yang lalu. Saat saya membaca buku itu lagi,  banyak hal sudah saya lalui, hanya beberapa pencapain yang saya rasa memang tidak bisa dengan cepat dilakukan, butuh effort yang lebih. :D

Sekarang saya percaya dengan kekuatan mindset. Semua hal yang saya anggap mampu dan saya tulis dan yakini bahwa saya mampu untuk melakukannya suatu hari nanti. Hingga tanpa sadar saya akan melakukannya suatu hari nanti. Ternyata kekuatan pikiran ini tidak hanya dialami oleh saya. Saya membaca blog mba Asti Viana. Di dalam blognya, mba Asti bercerita tentang bagaimana alam semesta bekerja. Mba Asti dan suami menulis beberapa harapan di dalam buku diary mereka masing - masing. Dan ajaibnya banyak hal yang mereka tulis sudah terjadi. Terkadang tanpa sadar, apa yang kita tulis dan kita baca akan selalu teringat di dalam pikiran bawah sadar kita. Begitulah, hingga alam semesta dengan baiknya mengabulkan segala hal yang kita inginkan.

Semua terjadi tentu tidak dengan mudah dan tidak tanpa usaha. Disinilah kenapa saya bilang saya perlu menulis semua goals saya, agar saya bisa mengingat sehingga saya dapat fokus untuk mencapai itu semua. Usaha yang dilakukan untuk mencapai dream goals bisa dalam bentuk bekerja, belajar, berdoa, atau hal positif lainnya. Lebih baik lagi dengan visual, dengan menempelkan gambar - gambar di dalam buku.

Sebagian besar dari goals saya tahun ini sudah tercapai, dan beberapa akan terwujud akhir tahun ini, semoga saja, Inshaa Allah.. Aamiin. Ahhh.. bahkan saya tidak sabar untuk menuliskan goals saya untuk tahun depan. Banyak hal baru yang ingin saya coba, banyak pencapaian yang ingin saya capai di tahun depan, dan masih ada beberapa hal lainnya. Semoga alam semesta senantiasa berasama saya dan membantu untuk mewujudkannya! :)

Monday, 23 April 2018

Kisah: Kehilangan

Kehilangan..

Kehilangan bukan hal yang asing bagi saya, sepertinya begitu. Apalagi saya sudah kehilangan kedua kakek, nenek, dan beberapa orang yang ada di sekitar saya. Saya baru saja mengalami kehilangan, berbeda dengan kehilangan saya yang lainnya, ntahlah. Saya kehilangan sahabat. Bukan kehilangan karena kami berselisih hanya karena berbeda pendapat, saya kehilangan sahabat untuk selamanya.



Semarang, Minggu 23 April 2017.
Kegiatan pagi itu berjalan seperti biasanya, saya bangun agak sedikit siang karena saya sedang berhalangan. Tidak ada kegiatan rutin yang harus saya kerjakan pagi itu, hanya mungkin membantu bunda karena sedang ada pesanan kue. Setelah bangun tidur dan membereskan kamar, saya bersandar di kasur sambil bermain hp, melihat beberapa chat di dan ada salah satu chat dari sahabat saya, Dhinda. Pagi itu chat dari Dhinda cukup banyak. Mulai dari mengucapkan bunda ulang tahun, membangunkan saya sholat malam, dan meminta doa karena pagi itu dia akan melakukan tes STAN. Setelah beberapa kali saling membalas, Dhinda pamit berangkat, saya pun ke dapur untuk membantu bunda.

Setelah membantu bunda, saya kembali ke kamar untuk membuka chat yang ada di hp. Ada beberapa pesan, tetapi yang paling membuat saya heran adalah ada pesan dari kakak kelas saya sewaktu SMA, Mba Corina. Chat dari dia adalah mengabarkan bahwa Dhinda meninggal pagi ini. Percayalah, saya tidak ada pikiran yang mengarah pada Dhinda yang dimaksud oleh Mba Corina adalah Dhinda sahabat saya. Setelah saya telfon Mba Corina dan memastikan tentang kabar tersebut, ternyata benar. Dhinda meninggal tadi pagi saat perjalanan ke tempat tes.

Saat itu juga saya hanya bisa duduk lemas, bingung harus berbuat apa, diam selama beberapa waktu, tidak, saya bahkan tidak menangis. Saya seperti orang bingung, saya masih tidak percaya. Sampai akhirnya saya berlari ke dapur dan memeluk bunda. Disanalah saya menangis sampai se isi rumah kaget. Pikiran saya kalut, saya bingung apa yang harus saya lakukan. Semua menenangkan saya, akhirnya adik saya yang pagi itu sudah berencana untuk pergi berenang bersama temannya langsung membatalkan dan mengantarkan saya ke rumah Dhinda. Sampai dirumah duka, disana sudah ramai, tidak lama kemudian jenazah datang.

Saya rasa tidak perlu diceritakan bagaimana keadaan disana, keadaan hati saya, hancur! Katakan ini sedikit berlebihan, tapi ini yang saya rasakan. Dhinda, sahabat yang sudah saya anggap seperti adik saya, karena usia kami terpaut 4 tahun. Sahabat yang masih memberi saya kabar tadi pagi, sahabat yang selalu membawa hal yang positif di dalam hidup saya, adik yang selalu memberikan ruang untuk tempat bercerita, sahabat yang selalu ada, selalu menghibur, pribadi yang periang, bahkan sekalipun ada orang yang jahat sama dia.

Sudah setahun kepergian Dhinda, seperti ada yang hilang juga dalam hidup saya. Sebisa mungkin, seminggu sekali saya datang ke makam. Sampai suatu malam Dhinda datang ke mimpi saya, terlihat seperti nyata, sampai saat bangun tidur, mata saya sudah basah dengan air mata. Ahhh.. tidak bisa untuk tidak menangis kalau saya harus bercerita tentang dia. Terlalu banyak cerita diantara kami, semoga selalu dikenang sepanjang hidup saya.

Semoga tenang di tempat yang baru, Sayang. Inshaa Allah, doa ku tidak pernah putus untuk kamu. Ketemu di Jannah kelak, Aamiin...♡


Tuesday, 10 April 2018

Different Time

Of course I'll miss you.
Not will, but already. Your hands, your smile and your eyes.
Your hugs (as my favourite part), almost like I could melt into nothingness and still be fine with it.
I miss everything about you, and so much more.
So please don't ask the question,
"do you miss me?",
Because you have all had a heartbreak you think of when you ask and you know damn well I do. 

And after a long day, when I'm with you,
I turned around, looking at the full moon.
My breath was coming out.
I was both sad and excited at the same times.
"this time, next year"
I told my self, switching my gaze to you,
"everything's going to be different". 

Something you have to know,
If nothing else, I hope you know that I love you so much with every ounce of my being.
I hope u realize you're important not only to me, but also to everyone who has been lucky enough to know you.
I hope you know that when you're falling down, I only ever strive for your happiness.
I hope you remember that no matter what, I'm always here for you and fully intended of saying this for quite sometimes.
I hope you recognize the fact that I appreciate and adore you without restraints, and that will never changes, InshaAllah🙏🏼
© Head over Heels
Maira Gall